Jumat, 08 November 2013

Karena Apa?

من دل على خير فله مثل أجر فاعله

"Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan maka baginya pahala dari kebaikan itu sendiri"

Kebaikan itu meskipun seberat biji dzarroh pasti akan bernilan di mata Allah. Jadi jangan ragu menyampaikan kebenaran jika kita dapati teman atau saudara kita melakukan hal keliru. Tetapi, dalam menyampaikan kebenaran pun ada adabnya. Lihat dulu situasi dan kondisi yang berlangsung. Kadangkala niat baik malah berujung petaka.

Mari kita ambil contoh dari dua bersaudara Hasan-Husein kecil saat mereka ingin membetulkan urutan wudhu seorang kakek tua. Bukan dengan sikap menggurui, tetapi dengan berpura-pura lupa urutan wudhu. Atau saat seorang ulama mengunjungi saudaranya di tengah malam untuk mengingatkan sikap kurang baik saudaranya saat mengajar murid-muridnya. Siang itu sang ulama melihat saudaranya tengah mengajar murid-muridnya, sementara para murid duduk di tengah matahari sang guru justru duduk di bawah pohon rindang. Bukan masalah jika ulama tadi memprotes kelakuan saudaranya tepat di depan muridnya, tetapi mengapa ia justru memilih tengah malam gulita untuk menyampaikan protesnya? Begitupun dengan ulama yang diprotes tadi, bukan masalah baginya justru nasehat berharga dari saudaranya yang telah mengingatkan kekeliruannya. Yang perlu digaris bawahi adalah "cara menyampaikan kebenaran", mencerahkan atau justru menggoreskan luka di hati sahabat kita?Ingat adabnya kita ingin membetulkan bukan menghakimi, meluruskan bukan mempermalukan. Ingat pula "katakan yang benar meskipun pahit". Rasa pahit itu bukan untuk orang lain melainkan untuk kita yang mengatakannya.

Adapun jika kita yang diprotes jadikan sebagai nasehat dan motivasi diri. Jika kita tak terima dengan teguran dari saudara kita. Hati-hati...sepertinya kita harus memeriksa kesehatan hati kita. Apakah amal yang kita lakukan sudah li ajlillah?

Dalam perang uhud kaum muslim mengalami kekalahan. Rasullah tentu saja bisa mengatakan "Tuh kan, apa saya bilang...". Tapi Rasulullah tidak pernah mengungkit-ukit penyebab kekalahan itu. Lidah ini rasanya gatal saja ingin berucap "Tuh kan.....". Hei... sudah merasa paling pandai rupanya. Istighfar...ingat, ucapan sesepele itu bisa saja menoreh luka bagi sesiapa yang mendengarnya.

أستغفر الله العظيم....

Sertakan Allah dalam amal kita, agar lisan ini lebih terjaga dari kebenaran yang menyakiti hati orang lain. Ingin rasanya hati ini sampai di derajat saliim......

*refleksi hati*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar