Selasa, 18 Februari 2014

Valentine's Day

Google

"Hari ini di banyak negara di dunia orang-orang merayakan hari valentin, begitu pula di negara saya. Akan tetapi sejujurnya saya tidak suka dengan hari valentin dan saya pun belum pernah merayakannya secara khusus. Menurut pendapat saya kita tidak perlu peringatan ini karena jika saya menyukai seseorang, saya bisa selalu memperlihatkan rasa sayang saya tanpa perlu hari tertentu."
(Mahasiswi Hungaria)

"Biasanya saya tidak merayakan hari valentin. Akan tetapi menurut pendapat saya perayaan ini indah. Karena ia kesempatan untuk mengungkapkan rasa cinta antar dua orang yang saling mencintai. Akan tetapi di saat yang sama, saya tidak menyukai perayaan ini karena masalah-masalah yang mungkin muncul antara wanita dan laki-laki. Contohnya, teman perempuan saya mengharapkan hadiah dan bunga dari kekasihnya di hari valentin, tetapi kekasihnya itu tidak memberikan apapun padanya. Walhasil setelah hari valentin selalu terjadi masalah diantara mereka. Setiap tahun begitu, dan hal ini membosankan sekali. Saya lebih menyukai hari spesial diantara dua orang (yang saling menyukai) itu bukan perayaan resmi. Saya tidak menyukai konflik di hari valentin, akan tetapi saya ingin ia menjadi kesempatan yang menyenangkan bagi para pecinta."
(Mahasiswi Amerika)

"Sebenarnya valentin itu bukan perayaan keagamaan, melainkan perdagangan. Banyak orang yang bangun dini hari untuk membeli hadiah dan bunga bagi kekasihnya atau makan malam di restoran mahal. Sebagian yang lain tidak menyukai perayaan ini dan menganggapnya tidak berubah. Ala kulli hal, semua orang merubah pendapat mereka setiap tahun sesuai dengan keadaan asmara mereka di saat itu. Sedangkan saya sendiri tidak suka perayaan-perayaan yang bersifat perdagangan, tetapi saya sangat suka melihat mawar-mawar merah di vas bunga pada hari ini."
(Mahasiswi Yunan)

 ***

Itulah sekelumit tulisan yang saya minta-minta paksa dari teman-teman di kelas :D
Jadi masih penting valentinan? tuker-tukeran coklat? Udah gak zaman kali ya, sekarang kan udah zaman tukeran buku nikah, hehe...
Kalo masih ada yang segitu pengennya ngerayain hari ini, apa kata mereka??? hoho
Masih mau taklid buta sama budaya barat?

Think first! ^_^

Rabu, 05 Februari 2014

Daulah Qatar

Alhamdulillah

Saya harus benar-benar bersyukur, karena Qatar adalah negara luar Indonesia yang saya kunjungi pertama kali. Saya bahagia karena saya tidak di Dubai atau Perancis, misalnya. Tapi karena ini Qatar.

Kenapa Qatar?
Entahlah. Negara yang luasnya sama dengan luas provinsi Banten ini memukau, mempesona luar dalamnya. Secara sekilas memang saya memandang heran. Di tengah konflik yang meraja rela di negara-negara Arab, kemiskinan, kelaparan, kudeta politik, intervensi Amerika, Qatar terolong negara yang aman dan sejahtera di bawah sistem pemerintahan malakiyyah. Tak heran, karena Qatar termasuk satu diantara 6 negara teluk dengan tingkat ekonomi yang tinggi.

Kami di kelas bahkan bersatu suara, bahwa tidak ada orang miskin di kalangan pribumi Qatar. Tentu saja biaya hidup disini tidaklah murah, berbanding lurus dengan tingginya pendapatan ekonomi yang ditopang gas dan minyak. Bahkan biaya pesta pernikahan bagi pribumi Qatar ditanggung oleh kerajaan.

Sayang, meski lokasinya yang berada di kawasan Timur Tengah Bahasa Arab yang menjadi bahasa resmi tak berlaku umum. Banyaknya di lapangan kita menemukan orang-orang menggunakan bahasa Inggris. Ada banyak sebab yang melatarbelakanginya, menurut saya, salah satunya karena banyaknya jumlah pendatang dari Amerika, Eropa, dan Asia. Jadi, kebanyakan penduduk disini justru dari kaum pendatang.

Saya tetap bangga sekarang berada disini. Pasalnya omong boleh omong pihak kerajaan khususnya Raja yang menjabat saat ini amat baik. Qatar tak berfikir dua kali untuk memberikan bantuan bagi Palestina dan Suriah.

Disini pula al Jazeera lahir. Badan pers independen meski pembangunannya didanai kerajaan. Yang sekarang mulai mendunia.

Selain itu, ada Yusuf al Qardhawi, ketua ikatan cendekiawan muslim dunia. Khutbahnya yang blak-blakan bahkan membuat marah Emirat. Ah... jalan da'i memang pasti sulit.

Satu lagi tokoh fenomenal disini, Syekha Moza. Saya sendiri belum banyak tahu tentang dia. Namun, jika kita sering melihat kaos bola berlabel "Qatar Foundation" maka dialah dibalik itu. Perempuan cerdas dan kuat, tentu saja cantik. Qatar yang hampir didominasi Qatar Foundation berada dibalik konseptor wanita pelopor itu. Suatu kali, ibu dosen saya yang asli Qatari pernah berkata tentangnya "Dia benar-benar wanita yang kuat, saya yang melihatnya berbicara di depan khalayak bisa benar-benar tertegun dengannya. Saya sendiri pasti tidak bisa seperti itu"?. Padahal dalam kaca mata saya ibu saya sudah terbilang wanita yang kuat kepribadiannya. Wanita macam apa sebenarnya Syekha Moza itu? Semoga suatu saat saya bisa melihatnya secara nyata. 

Disinilah saya sekarang... Daulah Qatar
الحمد لله بنعمته تتم الصالحات
Doha, 5 Februari 2014
Gambar Google

Selasa, 04 Februari 2014

Dia Penipu

Dia telah melakukan perjalanan beribu mil jauhnya untuk menemui orang-orang itu. Perjalanan mengklarifikasi sebuah hadits Rasul. Sampailah perawi itu -yang kita kenal dengan Imam Muslim- di sebuah rumah, kepada penghuninya dia tanyakan keshahihan sebuah hadits. Namun, akhirnya hadits itu ditolaknya tatkala tetangga dari penghuni rumah tersebut mengatakan: "Dia pernah menipu"
"Menipu siapa?"
"Dia melemparkan pasir untuk menipu ayam"

~~~
*Diceritakan oleh Ust. Syuhada Bahri
Doha, 4 Januari 2014

___

Tipuannya hanya pada seekor ayam.
Lantas ada dimana saya?
Sudah berapa juta tipuan yang saya buat?

Gambar Google

Minggu, 02 Februari 2014

Untukmu Dik

Untukmu Dik
Yang tak banyak mencicipi asam garam tinggal disana
Atau yang tak terlahir disana
Namun ayah bundamu berasal dari sana

Untukmu Dik
Yang mulai tak bangga dengan gurat wajahmu yang ke-indonesia-an
Atau mulai berkecil hati karena warna kulitmu sawo matang
Mungkin karena acap kali kau dengar kabar dari negeri itu tak membanggakan

Untukmu Dik
Yang bertanya hal apa yang bisa dibanggakan dari Indonesia?
Apalagi yang bisa dibanggakan dari tanah khatulistiwa itu selain korupsi, bencana alam, dan kemiskinannya?
Ada lagi yang hendak kau tanya Dik?

Benar. Banyak tindak korupsi disana. Mulai dari menteri, ketua hakim, petinggi partai, ketua RT, karyawan swasta, bahkan "ulama". Pahit memang kenyataan itu Dik. Namun jangan kau lupa, selain mereka masih banyak menteri yang menunaikan amanahnya, hakim yang berlaku adil, politikus yang bijaksana, guru yang sederhana, atau pedagang yang jujur. Orang-orang jujur itu masih ada Dik.

Benar. Banjir mengepung kepulauan Indonesia, menenggelamkan ratusan ladang dan ribuan rumah. Salah siapa? Jangan kau tanyakan, kita sama-sama punya tanggung jawab terhadap alam. Ada saat ketika alam menumpahkan kemarahannya sendiri, maka jangan kau tambah marahnya dengan keluhmu.
Namun, tahukah kau Dik? Alam yang beramah tamah untuk menghibur kita sembari bertasbih menyebut asma Allah terbilang ribuan di negeri itu. Tahukah kau hal itu? Esok lusa, pulanglah kesana. Lalu naiklah ke puncak gunung, atau bermainlah dengan pasir pantai. Jika tidak sejenak duduklah di beranda rumah nenekmu, tatap lekat gemintang di langit atau sesekali dengarlah alunan curah air langit. Biarkan alam yang bercerita padamu.
Jika kau masih tak punya waktu. Buka laptopmu, tanyakan padanya apa yang dimiliki alam negara agraris itu.
Tahukah Dik, orang-orang melongo takjub dengan tujuh belas ribu pulau yang dimiliki nusantara, juga dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia.

Ah, terlalu naif. Alam bukan alasan yang kuat untuk mencintainya. Apa kau tak lihat kemiskinan negeri itu, tindak pendidikan yang rendah, ditambah SDM bermutu yang terusir dari negerinya sendiri? Lantas masa depan apa yang bisa dijanjikan negara maritim itu?

Kau benar Dik. Negeri itu miskin dengan sumber daya alam yang kaya raya. Kurang gizi, keterbelakangan, wabah penyakit, kekeringan, juga kejahatan banyak disana. Ah... namun Dik bukankah kau hanya akan merasa kekurangan jika ada yang merasa berlebih?

Syukurlah Dik, kau menyadari kebobrokan negeri kaya itu. Syukurlah Dik, karena dengannya kau seharusnya tahu apa yang harus dilakukan oleh orang yang berpengetahuan.
Satu lagi Dik, miskin-kaya, bagus-jelek, baik-buruk nilainya selalu relatif.

Dik, diantara orang-orang yang minim pendidikan di negeri itu, masih banyak orang-orang hanif dan jujur yang mengorbankan waktunya untuk mendidik anak-anak di kolong jembatan, masih banyak orang-orang yang membagi makanannya bersama penghuni jalanan.

Masih banyak mimpi di negeri itu, mimpi bocah-bocah yang tak seberuntung dirimu. Masih banyak orang-orang yang menyalakan lilin di tanah harapan itu.

Esok lusa bisa jadi kau berperan menyusun bata demi bata di negeri itu, jangan lupa suaramu hari ini, jadikan ia lecutan yang mendorongmu berpacu untuk mewujudkan harapan.
Esok lusa jika kau masih berkelana di negeri lain, tak masalah, bukan berarti kau tak bisa berkontribusi untuknya. Karena sejatinya hidup kita di dunia hanyalah sebagai pengembara di negeri asing, baik itu di tanah garuda atau di negeri yang lain. Kau masih punya kesempatan untuk menorehkan tinta emas baginya, membawa harum namanya di dunia.

Namun, hari ini, esok, atau lusa jangan pernah tak bangga menjadi seorang Indonesia. Tak peduli seribu alasan yang yang menghalangimu berbangga dengannya, buat beribu alasan agar kau bangga dengannya. Allah Paling Tahu mengapa kau dilahirkan sebagai seorang Indonesia bukannya Arabia, Amerika, Jepang, atau Australia.

Untukmu Dik
selalu ada selaksa cinta dari jamrud khatulistiwa