Minggu, 26 Januari 2014

Pendorong Gerobak

Terburu-buru ia mendorong gerobak bawaannya yang penuh dengan barang belanjaan. Gerobak itu tidaklah terlalu besar, menyesuaikan dengan kondisi jalanan pasar yang sesak dengan para pengunjung. Apapun yang kau cari bisa kau temukan disini. "Apapun yang anda beli kami siap membawakannya", mungkin itulah slogan darinya. Souq Waqif menjadi tempat menggantungkan hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Dia tak miliki toko abaya, kedai halawiyyat (manisan), ataupun math'am yang banyak menyediakan shisha. Ia hanya miliki gerobak hijau berukuran sedang yang beroda satu ditambah jaket merah marun tanpa lengan yang bertuliskan hammal (pembawa barang)

Pakaiannya seperti pakaian orang-orang pada umumnya, gamis putih bersorban dilengkapi dengan jaket identitas "hammal". Dia akan menawarkan jasanya pada para pelanggan yang membutuhkan tenaga membawa barang. Tak ada yang istimewa darinya. Bukankah kita lazim menemui kuli angkut barang di setiap pasar? Bukankah anak-anak hingga bujang-bujang tanggung banyak menawarkan jasa kresek atau membawa barang di pasar-pasar Indonesia? Ya, profesi ini banyak sekali kita temui di pusat perbelanjaan. Hanya saja, disini saya melihat banyak dari mereka multahi (berjanggut) putih. Tak sedikit dengan postur tubuh yang sudah bungkuk. Mendorong gerobak milik pelanggan berabaya hitam yang dengan sekilas saja kita bisa langsung tahu masih segar bugar. Berkali-kali ia menarik nafas pendek-pendek saat berhenti di sebuah toko lantas mengelap peluhnya dengan sorban. Tentu masih banyak diantara mereka yang berbadan kekar dan kuat sebagaimana banyak pula dari mereka yang telah kehilangan kekuatan masa mudanya.

Aduhai, dimanakah rumahnya? siapakah keluarganya? Pastilah negeri ini bukan tempat kelahirannya, negeri ini cukup sejahtera untuk menghidupi pribuminya.

Untukmu, jadd di souq waqif

Sumber: Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar