Selasa, 21 Januari 2014

Berkah Ramadhan

Ramadhan 1433 H bersama Delia-adik kosan- menjadi bulan puasa yang paling berbeda, bukan di rumah atau di pondok saya menghabiskan sebagian besar waktu menunggu waktu berbuka. Untuk pertama kalinya saya bekerja di kantor sebuah lembaga penyaluran zakat sebagai relawan ramadhan yang bertugas di bagian laporan. Awalnya kami terlambat datang wawancara, namun justru keterlambatan ini membawa berkah, dimana seharusnya kami ditempatkan di stand-stand pembayaran zakat yang mengharuskan mencapai target tertentu, yang pastinya diperlukan kemampuan komunikasi dan persuasi yang tinggi disini (apatah jadinya saya jika ditempatkan di stand, jika berbicara dengan orang lain pun -yang belum terbiasa- harus mengulang-ulang kalimat disebabkan suara yang seadanya). Namun alhamdulillah Allah Maha Tahu, walhasil kami ditempatkan di bagian yang lebih memerlukan kemampuan kemampuan ketik-mengetik dan mengklasifikasikan data.

Jadilah dua perempuan cupu ini melangkahkan kaki ke kantor yang berlokasi di Condet Jakarta Timur dengan pengalaman kerja yang sangat seadanya. Berpengalaman menulis laporan kerja sekali dalam setahun. Untuk menanggulangi akibat kekurang berpengalamannya kami, maka tugas masuk kantor pun dimulai sebulan sebelum ramadhan tiba. "Latihan dulu" ucap Pak bos yang bertugas sebagai atasan. Kabar buruknya masuk kerja dini ini berarti saya tidak bisa ikut acara jalan-jalan akhir tahun untuk terakhir kalinya bersama anak-anak TK. Tapi Allah ternyata menggantinya dengan pertemuan yang lebih indah, alhamdulillah.

Dalam tim relawan ramadhan kami berpartner dengan dua akhwat SEBI (Iin dan Via) di bagian administrasi dan bendahara, yang alhamdulillah keduanya kini telah menyempurnakan separuh agamanya. Selain mereka berdua ada juga beberapa orang ikhwan di bagian lapangan.

Sebelum memasuki bulan ramadhan tidak banyak pekerjaan yang berarti. Mendata proposal-proposal yang diajukan beberapa ormas terkait acara di bulan puasa yang ditunjukkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Adapun beberapa bentuk program yang difasilitasi oleh lembaga adalah: buka puasa bersama, zakat, fidyah, tebar Qur'an, belanja bareng yatim, bedah masjid, dsb.

Hari pertama ramadhan saya sempat syok karena program baru berjalan hari itu dan laporan diminta di hari yang sama. Padahal sudah sejak awal pas bos memperingatkan "Laporan tuh pintu keluar-masuk, donatur bisa mempercayakan amanahnya lagi kepada kita jika laporannya benar." Untungnya partner kerja saya, Delia mampu mengatasinya. Hari-hari ke depan ternyata lebih sibuk sehingga tak sedikit dari personel lain yang turun tangan membantu pekerjaan kami. Donatur yang masuk berasal dari dalam dan luar negeri, salah satunya yaitu PERMIQA QATAR (persatuan masyarakat indonesia di Qatar). Kebetulan eh bukan pada saat itu kami juga yang merampungkan laporannya, hari ini saya merasa jadi bagian darinya... qadarullah Sang Perancang Takdir terbaik.

Saat itu kami (saya dan delia) pulang-pergi dari Rawamangun menuju Condet setiap hari, sebenarnya bukan jarak yang terlalu jauh, namun macet, mengantri busway, menyebrang by pass, dan berdesakan cukup menguras tenaga. Dalam perjalanan pulang dengan busway, adalah nikmat yang sangat menyenangkan saat kami mendapatkan tempat duduk. Saya sering berfikir justru di saat inilah Allah membuka pahala berlipat bagi seseorang yang sama-sama sedang kelelahan namun mempersilahkan orang lain untuk duduk. Demi memanfaatkan waktu seefisien mungkin, kami sering tidur di dalam busway, hingga suatu hari kami terlewat satu halte transit. Alhamdulillah, hanya sekali hehe.

Amanah dan tanggung jawab selalu bergaris lurus dengan loyalitas, dikarenakan laporan menjadi pintu keluar seringkali kami harus lembur untuk menyelesaikannya. Lagi-lagi Maha Baiknya Allah, atasan kami adalah pribadi yang sangat memperhatikan bawahannya, jika lembur pasti selalu disediakan makanan ekstra, bahkan beliau sampai menyewakan kos-kosan dekat kantor agar kami tak perlu bolak-balik kosan-kantor. "Berikanlah upah pekerjamu sebelum kering keringatnya" kata Rasulullah, atasan kami ini termasuk sedikit orang yang mengamalkannya.

Bertemu dengan orang-orang baru di lingkungan perkantoran adalah perngalaman pertama saya disini. Berkenalan dengan orang-orang luar biasa, kerja cepat, cerdas, ikhlas dalam nuansa ukuwah Islamiyah yang kental. Saya masih ingat perkataan salah seorang atasan disana saat saya menceritakan keinginan untuk membangun sekolah gratis bagi anak-anak "Tenang aja is, rezeki mah dari mana aja datangnya. Masih banyak kok orang-orang baik." Ya, saya percaya masih banyak orang-orang baik saat ini yang terlihat maupun yang tersembunyi. Bersentuhan dengan ranah perkantoran ternyata tidak semenakutkan yang saya duga. Disini selalu berlaku "senyummu di wajah saudaramu adalah sedekah". Namun begitu saya juga mersakan perbedaan krusial antara bekerja disini dan di sekolah, dimana kebanyakan interaksi dengan benda mati tak jauh lebih menyenangkan dari mendengar celoteh anak-anak yang kadang buat frustasi (menurut saya).

Menunggu saat berbuka adalah waktu yang dinanti-nanti, begitu juga dengan karyawan di kantor ini. Bukan menu istimewa yang dihidangkan, hanya gorengan, buras ditambah cabai atau sambal kacang. Menu sesederhana inipun selalu terasa lebih nikmat, mungkin karena ada barokah disana. Sehingga jadilah masing-masing kami para pemburu ta'jil. Di saat sibuk seperti inilah kita harus mampu mengatur waktu dengan cermat, dealine laporan-target khatam-i'tikaf, dll. Kesibukan yang menyenangkan dan Insya Allah bermanfaat.

Berbeda pula di malam takbiran, selepas magrib kami masih repot menuntaskan laporan dan evaluasi sebelum libur hari raya. Sekitar pukul delapan malam kami baru bertolak dari kantor menuju rumah masing-masing dengan menenteng bingkisan yang dibekalkan. Sesampainya di pasar Rebo kami berpisah, Delia menuju Baranang siang, sementara saya janji bertemu dengan adik yang sama-sama memanfaatkan libur ramadhannya dengan bekerja. Sesuai perkiraan, jalanan macet dan kendaraan penuh. Mungkin tengah malam kami baru tiba di rumah yang disambut dengan wajah cemas Bapak.

Biasanya lebaran adalah momen pulang kampung bagi kebanyakan orang. Tidak begitu disini, sebagian besar karyawan mengorbankan waktu liburnya untuk bekerja saat orang lain masih menyantap ketupat dan opor ayam. Perjalanan panjang bagi kami yang pemula untuk menyelesaikan laporan, sebulan setelah lebaran 100% pekerjaan kami rampung. Amanah kamipun berakhir disini, melanjutkan amanah yang tertunda di kampus (skripsi+kuliah). Alhamdulillah bini'matihi tatimmu shoolihaat. Pengalaman baru, perjuangan mengesankan, orang-orang luar biasa.

^_^

3 komentar: