Senin, 30 September 2013
Sabtu, 21 September 2013
Profil Mustaghriq
Dilanda galau =_=
Saya mendapat tugas mempresentasikan tokoh terkenal di Indonesia...yang mustaghriq (orang non-arab yang mempelajari tsaqofah dunia arab). Setelah beberapa nama sempat mampir di kepala saya, pilihan saya jatuh pada 2 tokoh; Habiburrahman el Shirazy dan Buya Hamka. Yang mana ya?
Dimulai dari Habiburrahman deh....
Profil Habiburrahman el Shirazy:
Nama Lengkap : Habiburrahman El Shirazy
Alias : Kang Abik
Tempat Lahir : Semarang, Indonesia
Tanggal Lahir : Kamis, 30 September 1976
Istri : Muyasaratun Sa'idahAnak : Muhammad Neil Author, Muhammad Ziaul Kautsar
BIOGRAFI
Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman EL Shirazy juga dikenal khalayak umum sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara. Dia adalah lulusan Sarjana dari Univesitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Bayak sekali karya-karya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat, antara lain : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film, 2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010) dan The Romance.
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Sudies, Kairo, pada tahun 2001.
Selama melakukan pengembaraan intelektualnya di Mesir, Habiburrahman EL Shirazy memiliki pengalaman dalam menjadi pimpinan kelompok kajian Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam (MISYKATI) di Kairo selama 1 tahun, dimulai tahun 1996 hingga 1997. Selain itu, Ia juga pernah menjabat sebagai koordinator Islam ICMI Orsat Kairo dalam dua periode (1998-2000 dan 2000-2002).
Terbentuknya Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum Lingkar Pena (FLP) di Kairo juga dikarenakan atas prakarsa darinya.
Selain sebagai novelis, dia juga diangkat sebagai guru di MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004. Selanjutnya ia mendedikasikan ilmunya sebagai guru besar / dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia.
PENDIDIKAN
- Pendidikan Menengah di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak.
- Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta (1992-1995)
- Mahasiswa di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist fakultas Ushuluddin (lulus 1999)
- Gelar Pg.D setelah lulus S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo di tahun 2001.
- Da'i
- Penyair
- Novelis
- Guru MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004
- Dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia
- Juara I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY (1994)
- Pemenang Pertama dalam lomba baca puisi Arab tingkat Nasional (1994)
- Pena Award (2005)
- The Most Favorite Book and Writer (2005)
- IBF Award (2006)
- Novelis no.1 Indonesia versi UNDIP
Sabtu, 07 September 2013
kisah gadis penjual susu
Di sebuah desa terpencil tinggallah seorang gadis bersama ayahnya yang berjualan susu. Gadis itu membawakan susu pada siapa saja yang membutuhkannya. Di desa itu tinggal pula seorang laki-laki yang taat beragama, yang merupakan tetangganya dan memiliki kedudukan yang terhormat. Rumah pemuda tersebut menghadap sebuah anak sungai, gadis penjual susu harus mengarungi anak sungai itu agar dapat mencapai daratan. Suatu haru gadis penjual susu terlambat mengantar susu bagi laki-laki tetangganya itu. Serta merta dia memarahi gadis penjual susu dan menanyakan perihal kemalasan dan keterlambatannya mengantar susu.
Berkatalah gadis itu sembari menelungkupkan tangannya: Sesungguhnya sungai itu luas sedangkan perahu yang ada disana hanya satu buah. Maka aku menunggu hingga perahu datang untuk mengagkutku beserta bejana susu, padahal aku sudah pergi pagi-pagi sekali dari rumah agar aku tidak terlambat.
Lelaki tersebut menjawab sambil menepuk dahinya: "Apa?"
Apakah air yang cetek itu menghalangimu untuk mengantarkan sebejana susu?
Orang-orang dapat melewati anak sungai itu dengan berjalan sambil melafalkan lafaz Allah
Kata-kata ini sampai hingga ke hati gadis tersebut
Sejak saat itu dia selalu datang tepat waktu tanpa terlambat atau terlalu cepat
Beberapa waktu kemudian lelaki itu menanyakan perihal ketepatan waktu gadis itu dalam mengantarkan susu
Gadis itu menjawab: Aku benar-benar melakukan apa yang kau katakan padaku, aku berjalan di atas air sedangkan hatiku terus berdzikir kepada Allah
Laki-laki itu memandangnya dengan pandangan takjub dan memintanya untuk mempraktekkannya... lalu dia berjalan bersamanya hingga mereka sampai di ujung jalan, maka gadis itu itu meninggalkannya dan mulai berjalan di atas air tanpa rasa takut atau berfikir dua kali.... maka lelaki tersebut terkagum-kagum dan berteriak: "Apa yang sedang kau lakukan?"
Gadis itu menjawab:
Aku melakukan apa yang katakan kepadaku, aku berdzikir kepada Allah dan menyebrangi sungai dengan selamat
Ketika mendengar jawaban gadis tersebut laki-laki itu tanpa berzikir dan berfikir: mencoba menyebrang dan mulai menyebut-nyebut asma Allah yang keluar dari lisannya bukan dari hatinya.
Seketika dia mulai tenggelam dan berteriak....gadis itu melihatnya dan berkata: "Apa yang sedang kau lakukan?"
Apakah kau berdzikir kepada Allah dan mengangkat pakaianmu karena takut terhadap air?
Apakah ini yang dinamakan percaya kepada Allah dengan kadar keimanan yang kurang?
Diterjemahkan dari بائعة الحليب - قصة وحكاية
Mohon masukannya ^_^
Jadi TKW?
Bismillahirrohmaanirrohim
Ini sudah kali keempat saya dan my couple pergi ke mall. Bukannya tukang belanja atau bagaimana, tapi memang mall itu hanya sepelemparan batu dengan asrama kami. Selain itu juga karena pasar tradisional tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki adapun toko kelontong tak kutemukan sejak pertama kali disini. Jadilah jika ada kebutuhan yang ingin saya beli, saya akan bertolak ke carrefour yang berada di dalam Landmark mall. Selama berputar-putar di dalam carrefour dan memotret Thoriqotu tahdhir yang digunakan dalam kemasan barang-barang dalam bahasa arab. Kami bertemu dengan seorang wanita berabaya hitam tengah mendorong trolley belanjaan. Saat kita berjalan-jalan di mall, kita tidak akan asing dengan wajah-wajah asia yang berseliweran. Mayoritas mereka adalah pekerja ataupun tenaga kerja yang dipekerjakan di rumah. Beberapa kali saya sempat tertipu dengan wajah-wajah asia yang saya temui, saya kira mereka orang Indonesia namun ternyata bukan. Oleh sebab itu sya tidak tertarik untuk menyapa wanita paruh usia tadi, dia bisa berasal dari malaysia, vietnam, atau thailand. Namun ternyata yang satu ini adalah orang Indonesia. Kesan pertama saya saat melihatnya, hmpt... sulit untuk dijelaskan. Tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya, mungkin pekerjaannya seharian ini sudah menenggelamkan senyum di wajahnya. Bola matanya terlihat kemerahan, pasalnya keluarganya di Indonesia tengah tertimpa musibah. Pertanyaan yang ia lontarkan pada kami adalah "Gimana majikannya? Baik?". Bukan salahnya jika menyamaratakan wajah Indonesia yang ditemuinya. Bukan pertanyaannya yang membuatku terhenyak, namun karena ini kali pertama saya bertemu dengan tenaga kerja Indonesia di negeri kaya minyak ini. Bertemu secara tak sengaja dengannya saat ia tengah "bertugas" tanpa didampingi majikannya. Setahun sudah ia mencari penghidupan di negri orang. Selama itu pula ia telah tiga kali berganti majikan, mulai dari majikan yang kurang baik hingga alhamdulillah saat ini ia memiliki majikan yang baik. Namun begitu menurutnya disini jauh lebih baik dalam kategori "produktif" daripada di Indonesia. Dalam pertemuan singkat itu ia mansehati kami untuk senantiasa bersabar kala merantau di negeri orang.
Saya jadi teringat dengan film "Tanah surga, katanya..." garapan Dedy Mizwar.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Jauh dari tanah kelahiran saja sudah amat sulit, ditambah lagi dengan ketidaktentuan nasib yang akan dijalani. Akan baik-kah majikan yang ditemui atau sebaliknya? Menjadi TKW tentunya bukan pilihan yang menyenangkan. Tetapi Ibu ini toh lebih memilih disini dibanding negaranya sendiri. Disini dia dapat mengirim uang untuk keluarganya di kampung halaman, katanya. "Kalian tidak akan tahu Indonesia jika belum keluar pulau jawa" begitu ucap salah seorang pengajar muda yang saya temui. Tanah ini, Indonesia ini, yang amat kaya hasil alamnya nyatanya belum mampu menghidupi rakyatnya sendiri, hingga "sangat perlu" mengirim tenaga kerja ke luar negeri guna menambah devisa negara. Padahal nama-nama mereka akan terlupakan, tanpa jasa. Entah karena sebab apa, tetapi memperkaya diri sendiri dan mengorbankan jiwa saudara setanah air bukanlah watak orang Indonesia yang katanya ramah tamah. Bukan pula pribadi seorang muslim di negara mayoritas pemeluk Islam. Salah seorang teman saya sempat berpesan untuk mencitrakan yang baik-baik saja tentang orang Indonesia, yang sopan, ramah-tamah, rajin menabung.. eh... hehe, tentu. Meskipun muka ke-indonesia-an disini lebih dikenal sebagai muka pekerja saya selalu bangga dengan Indonesia yang melahirkan saya. Lagipula menjadi pekerja menunjukkan betapa bekerja kerasnya kita ini. Pe-er kita akan sangat banyak. Bismillah... semoga pertemuan ini dapat menjadi motivasi bagi saya selama belajar di perantauan ini. Aamiin.
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang masyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
(Meskipun lagu ini belum cocok untuk saya, saya harap dapat menjadi pengingat untuk berkontribusi nyata untuk Indonesia)
Doha, 13.05
Ini sudah kali keempat saya dan my couple pergi ke mall. Bukannya tukang belanja atau bagaimana, tapi memang mall itu hanya sepelemparan batu dengan asrama kami. Selain itu juga karena pasar tradisional tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki adapun toko kelontong tak kutemukan sejak pertama kali disini. Jadilah jika ada kebutuhan yang ingin saya beli, saya akan bertolak ke carrefour yang berada di dalam Landmark mall. Selama berputar-putar di dalam carrefour dan memotret Thoriqotu tahdhir yang digunakan dalam kemasan barang-barang dalam bahasa arab. Kami bertemu dengan seorang wanita berabaya hitam tengah mendorong trolley belanjaan. Saat kita berjalan-jalan di mall, kita tidak akan asing dengan wajah-wajah asia yang berseliweran. Mayoritas mereka adalah pekerja ataupun tenaga kerja yang dipekerjakan di rumah. Beberapa kali saya sempat tertipu dengan wajah-wajah asia yang saya temui, saya kira mereka orang Indonesia namun ternyata bukan. Oleh sebab itu sya tidak tertarik untuk menyapa wanita paruh usia tadi, dia bisa berasal dari malaysia, vietnam, atau thailand. Namun ternyata yang satu ini adalah orang Indonesia. Kesan pertama saya saat melihatnya, hmpt... sulit untuk dijelaskan. Tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya, mungkin pekerjaannya seharian ini sudah menenggelamkan senyum di wajahnya. Bola matanya terlihat kemerahan, pasalnya keluarganya di Indonesia tengah tertimpa musibah. Pertanyaan yang ia lontarkan pada kami adalah "Gimana majikannya? Baik?". Bukan salahnya jika menyamaratakan wajah Indonesia yang ditemuinya. Bukan pertanyaannya yang membuatku terhenyak, namun karena ini kali pertama saya bertemu dengan tenaga kerja Indonesia di negeri kaya minyak ini. Bertemu secara tak sengaja dengannya saat ia tengah "bertugas" tanpa didampingi majikannya. Setahun sudah ia mencari penghidupan di negri orang. Selama itu pula ia telah tiga kali berganti majikan, mulai dari majikan yang kurang baik hingga alhamdulillah saat ini ia memiliki majikan yang baik. Namun begitu menurutnya disini jauh lebih baik dalam kategori "produktif" daripada di Indonesia. Dalam pertemuan singkat itu ia mansehati kami untuk senantiasa bersabar kala merantau di negeri orang.
Saya jadi teringat dengan film "Tanah surga, katanya..." garapan Dedy Mizwar.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Jauh dari tanah kelahiran saja sudah amat sulit, ditambah lagi dengan ketidaktentuan nasib yang akan dijalani. Akan baik-kah majikan yang ditemui atau sebaliknya? Menjadi TKW tentunya bukan pilihan yang menyenangkan. Tetapi Ibu ini toh lebih memilih disini dibanding negaranya sendiri. Disini dia dapat mengirim uang untuk keluarganya di kampung halaman, katanya. "Kalian tidak akan tahu Indonesia jika belum keluar pulau jawa" begitu ucap salah seorang pengajar muda yang saya temui. Tanah ini, Indonesia ini, yang amat kaya hasil alamnya nyatanya belum mampu menghidupi rakyatnya sendiri, hingga "sangat perlu" mengirim tenaga kerja ke luar negeri guna menambah devisa negara. Padahal nama-nama mereka akan terlupakan, tanpa jasa. Entah karena sebab apa, tetapi memperkaya diri sendiri dan mengorbankan jiwa saudara setanah air bukanlah watak orang Indonesia yang katanya ramah tamah. Bukan pula pribadi seorang muslim di negara mayoritas pemeluk Islam. Salah seorang teman saya sempat berpesan untuk mencitrakan yang baik-baik saja tentang orang Indonesia, yang sopan, ramah-tamah, rajin menabung.. eh... hehe, tentu. Meskipun muka ke-indonesia-an disini lebih dikenal sebagai muka pekerja saya selalu bangga dengan Indonesia yang melahirkan saya. Lagipula menjadi pekerja menunjukkan betapa bekerja kerasnya kita ini. Pe-er kita akan sangat banyak. Bismillah... semoga pertemuan ini dapat menjadi motivasi bagi saya selama belajar di perantauan ini. Aamiin.
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang masyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
(Meskipun lagu ini belum cocok untuk saya, saya harap dapat menjadi pengingat untuk berkontribusi nyata untuk Indonesia)
Doha, 13.05
Kamis, 05 September 2013
الكنز داخل المسكن
في البريحة التقيت بإحد ى صديقاتي، كلّمتني بأنها تود أن تفحص سمة الدم في عيادة التحليل المختبر. مع أن شهادة سمة الدم من احد الشروط المطلوبة من الجامعة. نعد بأن نلتقي الساعة التاسعة في الإدارة. نلتقي أمام الإدارة في الساعة التاسعة ودقائق، خارجا من الافتراض كثير من الطلبات لم يفعلن هذا الفحص. تشترك في هذه الجماعة حوالي إحدى عشر طالبات. أتت الحافلة و نذهب جميعا.
وصلنا إلى المستشفي وكلنا نفحص سمة الدم مع أن بعض منّا نعرف سمة دمنا. حينما نسجّل للفحص نُري جوازنا إلى الطبيب الإخصائي. فلابد من حمل الجواز إلى أي مكان كان. لقد فحصت سمة دامي في مركز الصحة المجتمع في إندونيسيا قبل الذهاب، ولكن ابتعادا من القلق والخوف أشترك أيضا في هذا الفحص. ننتظر نتيجة الفحص حوالي 10-15 وقائق. بجانب الانتظار نتعرّف بتركيتان واسمهما حازال وميرفي. نذاكر بأننا تعلّمنا اللغة التركية في الجامعة لمدة فترة واحدة للاشتراك في الدرس الخيار. ندفع لهذا الفحص بخمسة عشر ريالا. نعود إلى سكن الطالبات.
في وسط النهار أشعر بالجوع، أطبخ أنا وصديقبي الحجرة المكرونة "إندومي" التي نشتريها في كاريفور. والحمد لله شبعنا ثم أنام القيلولة. أقيمتني صديقتي من النوم وأتأخر لأتناول الغدى. بعد تناول الغدى نذهب للبحث عن المسبح، أخبرتني أسماء عن وجود المسبح داخل السكن وهو يقع بجانب الكافيتاريا. إذ نتعجب بكتشاف الكنز داخل السكن. يقع المسبح جانب كافيتاريا تقريبا وراء مبنى الكوخ. هناك بئران متجاوران بشكل مختلف. أحدهما بشكل الدائرة مع الاستغراق 70 سينتي مترا والآخر بشكل المربع مع الاستغراق 105-120 سينبي مترا. وهناك الكراسي للجلوس أو التشميس, والماء متوسط غير بارد وغير حار. لما امتنعنا هواء الماء والمناظر جاءت كيم وهي تسبح نفسها. بجانب المسبح هناك حديقة صغيرة، نُشأت فيها الخشب وأنواع الأشجار.
والكنز لا يقف هنا، هناك فجأة أخرى. أقرأ الكتابة أمام الباب الكوخ "مكتبة" سبحان الله ها هي وجدنا مكتبة صغيرة داخل السكن. بالرغم الكتب القديمة و المكان ضيق فإنها ثروة عظيمة. في المكتبة سبعة رفوف ومكتبان اثنان و ستة كراسي. فيها كتب متنوعة من أي مجال العلم منها الإحصاء والإقتصادية والتربية وغيرها. تُكتب الكتب باللغة العربية والإنجليزية. لا أجد الكتاب الذي أريد قراءته، لكن وجدت صديقتي كتابين الكتابة في الإنجليزية وكتاب الديوان. ينقسم الكوخ إلى ثلاثة أقسام وهي: المكتبة والعيادة وممعمل الكومبوتير. والغرفة العيادة مغلقة، أما معمل الكومبوتير مفتوح فيها خمسة كومبوتير المجهوزة الاستعمال.
معظم النساء يذهبن إلى سوق ثاقف وهو سوق التقليدية في قطر. لا أذهب معهن لأنني أريد أن أقتصد في استخدام نقودي. نتعشى مع جيسيكا وزين. أكلت البطاطا المقلي في العشاء وأكلت جيسيكا شربة البطاطا. أما للحلوى تقدم لنا ماريا الخبز مع اللبن والموز والفوز، هذه المواد مخلوط وهي لذيذ جدا بشدة الحلوى، الحمدلله.
Rabu, 04 September 2013
Damantory (مسكن الطالبات)
Pagi ini saya meminjam sapu dari khadimat yang sedang bersih-bersih di vila, anehnya saya mengatakan "broom" tapi yang dia bawa kok sikat kamar mandi yang gagangnya panjang ya??? tidak sempat ber-ragu ria saya hanya menerimanya dan berprasangka mungkin bentuk sapu disini seperti ini ya. Tapi saat saya membaca label sapunya tulisannya "brush" made in Saudi pula. Hadeuh... jadi ini saya salah bicara atau dia salah dengar ya? Atau mungkin seharusnya saya bilang ingin pinjam vacuum cleaner. Entahlah... yang penting kamar bersih, sejak hari ketibaan ini pertama kalinya saya menyapu 0_o
Sarapan pagi ini saya duduk bersama Salimah dan Dalilah yang berasal dari Al Jazair. Berdasarkan pengakuan mereka, bahasa yang umum dipergunakan di al Jazair adalah Perancis dan Arab. Tak heran jika banyak buku yang ditulis dengan bahasa Perancis, namun yang amat disayangkan adalah ketika penduduk al Jazair sendiri yang notabene-nya adalah negara arab lebih bangga menggunakan bahasa Perancis dalam keseharian mereka. Untungnya kedua temanku ini masih menggunakan bahasa Arab dalam keluarga mereka. Tidak beruntungnya bagiku adalah karena mereka menggunakan bahasa 'amiyah. Haduh... cobaan ini, kalau mereka sedang bicara dengan bahasa 'amiyah saya hanya bengong saja. Kalaupun mereka mengatakan satu ungkapan perlu lebih banyak kata lagi untuk menjelaskan maksud mereka. Masya Allah... mana pula saya sangat lemah dalam keterampilan menyimak. Jadilah kebanyakan saya hanya menjadi pendengar setia. Harus ada kemajuan ni, Speak up!!!
Saat makan siang saya berkenalan dengan Jessica dan Zein yang berkebangsaan Amerika. Ternyata eh ternyata bule-bule ini lancar berbahasa Arab. Saya jadi minder. Dengan berbagai Alasan banyak peserta dalam program ini yang tertarik untuk belajar bahasa Arab. Yang berkecimpung di dunia jurnalis untuk meliput kondisi sosial dan politik di timur tengah, yang bisnis ya.. karena negara arab kan terkenal dengan penghasil minyaknya, atau yang sekedar hobi travelling. Luar biasanya lagi ternyata kebanyakan dari peserta adalah mereka yang telah mengunjungi beberapa negara Arab selain Qatar. Yordan, Oman, dan lain sebagainya. Ckckck.... harus terus diasah ini, Speak up yo!!!
Meja makan, ruang tamu, atau tempat berkumpul lainnya selalu menjadi media istima' (meyimak) yang baik untuk saya. Kebayakan dari mereka berbicara dalam bahasa Inggris yang lancar. Sebenarnya masalah yang mereka perbincangkan sangat menarik untuk diikuti, kita dapat mengetahui pendapat mereka berdasarkan latar belakang negara asal mereka. Belakangan isu yang sering saya dengar adalah seputar Islam, muslim, cadar, middle east, keruntuhan akhlak yang terjadi dewasa ini, hingga kebiasaan-kebiasaan yang baik dan buruk dari suatu negara. Sebenarnya kadang-kadang saya menangkap poin yang sedang mereka bicarakan meskipun lebih banyak tidak. Anggaplah saya mengerti inti pembicaraan mereka, namun saya masih tetap jadi pendengar. Bukannya tidak mau ikut bicara, namun ketikapun saya belum selesai membuka mulut yang lain sudah ada yang nyambung pembicaraan temannya atau seringkali saya tidak tahu kosakata untuk mengungkapkan maksud saya. Jadi ya tidak apa-apa lah saya jadi pendengar dulu, kasihan pula kalau mereka harus menunggu saya selesai bicara yang ritmenya seperti jalan bebek
;(
Jadilah kalau ada yang sedang kumpul-kumpul saya nimbrung disana, diam, menyimak, angguk-angguk, mengerti poinnya selesai ^_^ suatu hari saya harus ikut ambil suara dalam diskusi ini. Speak Up!!!
Meskipun saya tidak banyak ikut angkat bicara mereka amat baik dan hangat pada saya :) alhamdulillah... orang-orang disini luar biasa, kekeluargaan gitu.
"you are so tiny" "I will be roommate with the youngest student, I think it's you" "You are like children" Itulah beberapa impresi mereka terhadap saya. Hohoho... masih awet muda ternyata o-o
Saya agak sedih sih, pasalnya teman saya yang berasal dari Korea akan pindah vila. Karena dia sedang mengambil program magister dan harus tinggal di villa yang berbeda dari siswa lain. Asmaa nama arabnya, dia belajar bahasa Arab di korea dan juga telah mengunjungi beberapa negara arab lain selain Qatar. Dia itu ramah sekali, cantik pula, yah... meskipun kami banyak berkomunikasi dengan bahasa campuran (arab-inggris-isyarat) seru saja berinteraksi dengannya. Oh... arju an nakuuna shodaqoh. Aamiin....
first breakfast |
asrama malam hari |
damantory in the night |
اليوم في مجموعة الدعم والإرشاد الأول
طلعت الشمس حينما أسبيقظ من النوم. بالأمس نلت الرسالة الالكتيرانيكية من الجامعة فيها الدعوة للطلاب الجدد الدوليين للحضور إلى مجموعة الدعم. في كافيتاريا سألت بعض أصدقائي بحضورهن إلى هذه الجلسة، ولكن من ستحضر فيها إلا قليل، بعضهن يخترن للراحة في مسكن الطلبات. في البريحة تكلمنا أنا وصديقني إلى الإدارة بأننا نريد أن نذهب إلى الجامعة هذا اليوم.
تسرّعت في لبس الملابس، و استعددت للذهاب إلى الإدارة في الساعة التاسعة والنصف. لما وصلنا هناك لم نجد أي شخص، قلقت بأن نحضر إلى مجموعة إلا نحن مثنى. ولكن الحمد لله تجيئ زهراء بعد قليل. جاء باص ونركب الحافلة. ولكن لم يتوقف الباص في الجامة بل يقف أمام المختبر. بالحقيقة ننتظر المسافر الأخرى. ننتظر حوالي ربع ساعات، جئنا متأخرا ولكن لم يبدأ الجلسة لأننا أول من جاءت. وصلنا إلى الجامعة في الساعة الحادى عشر وقبلتنا هالا في الباب. ترأس هذا الجلسة الأستاذة هانا عمر من قسم الدعم والإرشاد و تحضر أيضا الأستاذة هدى دبور.
في البداية نتعرف بعضنا بعضا بذكر الاسم والبلد والبرنامج الذي نأخذها هذه السنة وانطباعنا لمجيئ القطر. قلت على أن انطباعي حينما أجيئ إليها بالممتنعة لأن أستطيع أن أقابل الناس من أي لبد كانت وإجفال بالهواء والأطعمة، ولكن أستطيع أن آكل أية أطعمة المجهوزة في كافيتاريا الحمدلله. سألت الأستاذة هانا عن عقبات التي نتوجهها و ما نشتقّ ونرغب شديدا من بلدنا. معظمنا نشتق بالأطعمة الخاصة من بلدنا.
بعد انتهاء الجلسة نتوفر ألى الأماكن المختلفة حول الجامعة ونعد بأن نجمع في قاعة المكتبة في الساعة الثانية. نجول أنا وصديقتي حول المكتبة ونأخذ نعض الصور، ها هي الصورة:
في المكتبة نلتقي مع زهرة ثم نناقش عن عائلتنا. يمر الوقت بالبطئ حتى نشعر بالملل والجوع والنعاس عند انتظار الحافلة. تدل الساعة إلى الساعة الثانية إلا الربع ثم نقرّر لنزول إلى صالة الانتظار. نجمع فيها ولم تأتي الحافلة، نتناقض من بوابة الأخرى إلى الخرى ولم تقف أحد الحافلة، لأن الحافلة متساويا ولكن سائق متفرق. بعد انتظار الطويل جاءت الحافلة ونرجع إلى المسكن جميعا، والحمدلله.
Selasa, 03 September 2013
Masa Orientasi (يوم اللقاء التعريفي)
Senin, 02 September 2013
Jarum jam baru menunjukkan pukul 07.45. Masih terbilang pagi namun bagi negara di tengah gurun tentunya matahari sudah meninggi dan udara mulai terasa hangat. Sepagi ini tak kurang dari 50 orang penghuni asrama wanita yang berasal dari berbagai negara sudah duduk manis di dalam bus, pasalnya hari ini adalah hari orientasi bagi mahasiswa di Internasional Student Section di Universitas Qatar. Dua buah bus terparkir di depan kantor asrama, perjalanan ini dipandu oleh tutor di setiap bis. Adapun tutor di bus yang kutumpangi bernama Halla, seorang mahasiswa di jurusan ilmu gizi universitas Qatar berkebangsaan Yaman.
Perjalanan dari asrama yang beralamat di Al Dar 1 Compound menuju Universitas Qatar ditempuh selama kurang lebih 15-20 menit dengan bus. Acara orientasi yang diadakan di New Library Building, dihadiri oleh al Ustadzah Hudaa Dabuur selaku ketua ISS. Rangkaian acara dimulai dengan registrasi untuk selanjutnya mendapatkan kartu identitas pelajar. pengarahan tentang studi di Universitas Qatar khususnya dalam program dibawah naungan ISS disampaikan langsung oleh ustadzah Hudaa Dabuur, beliau menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa sesampainya di Qatar dalam dua bahasa, arab dan inggris. Dimulai dari cek kesehatan hingga memperoleh izin tinggal. Perlu dicatat bahwa selama siswa belum mendapatkan izin tinggal mereka tidak diperbolehkan untuk keluar dari negara Qatar dan selama itu pula identitas lain harus selalu dibawa saat berkeliling sekitar negara kilang minyak ini. Jika suatu waktu, ketahuan tidak membawa identitas dapat dikenakan denda yang sangat mahal, kalau tidak salah sebanyak 5000 riyal. Dalam proses ini para mahasiswa dibantu oleh universitas untuk mendapatkan izin tinggal dan kartu kesehatan yang berlaku di rumah sakit yang berada di Qatar. Perlu diperhatikan semua dokumen yang diperlukan, pas foto serta up date email selalu di tangan selama bepergian. Penjelasan berlanjut hingga tata tertib yang diberlakukan, fasilitas yang disediakan, dan pengisian form pembukaan rekening di QNB. Ketika semua presentasi yang disampaikan oleh ustadzah Hudaa Dabuur selesai, kami diminta untuk mengisi angket yang berkaitan dengan pelayanan di ISS. Setelah itu waktunya snack time.
bersama Lee (Vietnam) dan Fiorella (Peru) |
Pukul 10.45 acara di aula ditutup, tibalah waktunya tur keliling kampus. Mungkin ada baiknya memakai pelindung kepala saat tur, karena meski tur dilakukan dengan naik bis, saat turun dan mengunjungi beberapa Fakultas kita akan tetap tertepa sinar matahari yang menggila.Kami megunjungi beberapa bangunan, antara lain; fakultas tarbiyah, art and science, dll.
Berikut beberapa lokasi sekitar kampus yang sempat terjepret kamera
Intan- di depan perpustakaan |
Acara belum berakhir setelah tur keliling kampus, dilanjutkan dengan tur sekitar Qatar. Tetapi kami hanya mengunjungi Katara, sebuah Pantai dengan pemandangan menakjubkan yang sekaligus menjadi pusat acara Doha Festival Film yang akan diadakan dalam waktu dekat ini. Sayangnya kami hanya melewatinya saja, lagipula tengah terik begini tidak ada seorangpun yang bermain di luar ruang. Ada sedikit peristiwa lucu bagiku, sebelumnya Halla sudah bertanya apakah semuanya mengerti bahasa inggris. Sampai-sampai di tengah perjalanan dia berbisik sendiri padaku "Apakah kamu mengerti bahasa inggris? Jika tidak bilang saja saya akan menjelaskannya untukmu". Hehehe... Sebegitu tidak meyakinkannya wajahku ini. Sekitar pukul 13.30 kami telah sampai kembali di asrama. Mungkin disebabkan oleh tubuh yang belum mampu beradaptasi penuh dengan cuaca perjalanan ini terasa cukup melelahkan, bahkan dua orang temanku sempat muntah. Tetapi hari ini adalah hari yang luar biasa. Alhamdulillah, dapat berkeliling di calon kampus, Fabolous, Allahu Akbar ^_^
Minggu, 01 September 2013
Amanah 31 Agustus
Bismillah...
Jakarta, 31 Agustus 2013, 17.45
Doha, 31 Agustus 2013, 23.30
Hari ini terasa lebih panjang dari biasanya, perjalanan perdana lintas negara yang aku lakukan menjadi alasannya. Jua pertama kalinya selama 8 jam dalam burung besi. Aku bahkan bisa melihat ujung sayap pesawat ini dari jendela yang jaraknya berselang 4 penumpang dari tempat dudukku. Mungkin terlambat, tapi saat memasuki transportasi udara ini aku mulai menyadari bahwa amanah yang aku terima akan sangat berat, tak cukup bagiku untuk sekedar berjalan. Aku harus berlari. Mengejar ketertinggalan yang sedemikian molor. Alasannya adalah bahasa. Meninggalkan negara kelahiran berarti juga meninggalkan bahasa kenegaraan. Pelayanan pesawat hanya dilakukan dengan bahasa Arab dan Inggris. Tadinya aku berfikir untuk menjadi apa adanya, dengan bahasa Arab ala kadarnya, atau bahasa Inggris apa adanya. Tapi hari ini berfikir itu bukanlah mental seorang pejuang, yang menunggu tanpa usaha. Mungkin terlambat bagiku, tapi mulai sekarang aku mengikrarkan diri untuk "berlari". Tentu dengan satu prinsip "berlari-proses" bukannya "garis finish-peringkat ke berapa?". Agak sulit bagiku meyakini prinsip ini, tapi lagi-lagi... "Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mu'min, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (At-Taubah; 105)." Ah... Allah kalau bukan karena-Mu, kalau hanya untuk membanggakan diri, celakalah aku. Maka Allah perkenankanlah aku untuk hanya ingin menarik sedikit perhatian-Mu, sedikit menunjukkan kesungguhanku. Jangan sampai ada yang kulupa, yang kukejar adalah ketertinggalanku sendiri memperbaiki kelalaianku selama waktu menuntut ilmu yang Kau beri. Bukan orang lain yang ingin kubalap, karena jika hal ini yang terjadi aku hanya ingin terlihat lebih baik di mata manusia bukan di mata-Mu, niatku salah dan celakalah bagiku.
Doa-doa yang terus menguntai, bahkan hingga aku telah sampai di tempat ini. Harapan-harapan yang tersirat dan tersurat di mata keluarga dan sahabat-sahabatku, hingga air mata yang mengalir tak sengaja. Sungguh ini amanah yang berat, aku memiliki pilihan untuk mengkhianatinya atau dengan sebaik mungkin menjalankannya. Allah kuatkan untuk menjalankannya, untuk tidak mengecewakan berjuta harapan yang dititipkan. Aku tahu aku bisa. Aku harus bisa! Karena Allah selalu adil memberikan nikmat pada hamba-Nya.
Makan malam tadi aku bertemu dengan seorang pekerja keras, Minami namanya. Awalnya dia bicara dalam bahasa inggris seketika aku takjub saat ia bercakap-cakap dengan seorang siswa dari al jazair. Maharoh kalam-nya Masya Allah. Padahal dia hanya butuh 1 1/2 tahun untuk dapat mencapai level itu. Malu aku, bertahun-tahun belajar tidak naik-naik kelas. Bismillah... kalau dia bisa tentu akupun bisa asal bersungguh-sungguh.
Perjuangan ini masih panjang, ini baru awal. Apa akhirnya? Bagaimana prosesnya?
Semua tergantung padamu Euis.
Semangat!!! ^_^
Langganan:
Postingan (Atom)