Saya selalu butuh jam weker untuk bangun tidur. Saya selalu butuh musahharootii untuk bangun sahur. Saya selalu butuh bel untuk tahu jam masuk sekolah. Bahkan seringkali saya butuh teguran untuk menyadari sikap buruk saya. Saya selalu butuh "pengingat" untuk menunjukkan saya pada kebaikan.
Teriring sebiru hari ini nya edcoustic, memutar ulang ingatan saya pada weker-weker saya selama di kampus. Maha Baiknya Allah mempertemukan saya pada pengingat-pengingat hidup yang mengisi hari-hari saya saat itu. Teman-teman dengan kesibukan menggunung namun tak pernah alpa melewatkan harinya tanpa tilawah. Orang-orang yang membuat saya iri habis-habisan. Yang mencintai ilmu dengan segenap kerendah hatian, yang mencintai al Qur'an seolah al Qur'an selalu membersamainya. Tak cukup disitu bahkan mereka pun telah beramal nyata dengan aktifitasnya. Mereka selalu menjadi pengingat bagi saya, betapa saya harus berlari untuk tak sampai tertinggal. Kadang saya bertanya kapan saya bisa menjadi "jam weker" sementara hingga hari ini pun saya masih berkutat dengan kepentingan diri saya sendiri.
Kata Mbak Tri futur itu pilihan. Saat bermuwajjahah dengan mereka saya seolah tidak punya pilihan untuk futur, karena dengan ketulusan dan kebersahajaan yang mereka miliki mampu menjauhkan saya dari rasa malas itu. Rindunya saat-saat itu... Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita, menjaga hati kita.
Doha. Allah perkenalkan saya dengan "weker-weker" yang lain disini. Alhamdulillah. Saat masuk kelas saya tersadar bahwa selama ini saya terlalu lama bermain-main dalam menuntut ilmu. Mereka yang baru seumuran jagung belajar saja sudah sampai di titik depan, sedang saya...
Jika saya tengah membela diri maka alasan saya adalah pola pikir yang diwariskan nenek moyanglah penyebab utamanya. Teman sebangku saya akan sangat sebal ketika kami mempelajari materi yang mudah atau sudah dipelajarinya, sedang saat itu saya merasa di zona aman, merasa sudah cukup dengan pencapaian saya (dalam hal ini saya berharap saya tidak sedang merepresentasikan negara saya--saya sedang merepresentasikan diri saya sendiri). Ada pula dengan teman yang lain, dia bahkan tak sempat "bermain-main" dengan sosmed-nya lantaran sibuk dengan membaca koran dan mendengarkan siaran radio, padahal usianya baru 20 tahun. Saya yang lebih tua dari dia saja belum mampu mengendalikan candu saya pada "main-main" di sosmed. Saya malu, lagi-lagi saya tertinggal.
Belum cukup kekurangan saya perihal pengetahuan bahasa arab. Saya juga lupa perkataan seseorang "Kalau menjadi mulia di mata manusia susah, saya ingin menjadi mulia di mata Allah". Saya lupa pula prinsip sangat mendasar ini. Tilawahnya bolong-bolong tahfidznya stag. Padahal selama ini saya meminta banyak hal pada-Nya. Saya amat malu.... Pun di tengah kesombongan saya yang kerap melalaikan ayat-ayat cinta-Nya, Maha Baiknya Allah memberikan saya weker yang lain. Mereka mengingatkan saya pada hafalan surat yang tak terjamah, pada berlomba-lomba dalam kebaikan, pada mengingat Mu... Allah...
Alhamdulillah...
Kamis malam akan menjadi malam yang saya nanti-nantikan. Saat lingkaran cahaya kita dirindui surga. Saling menguatkan, berbagi rasa, berbagi semangat dalam kebaikan. Tolong ingatkan Is selalu saudariku....
Entah sejak kapan ruh-ruh kita bersua dalam cinta-Nya,
Meskipun saya masih tak mengerti apa artinya, saya tetap ingin mengatakan kalimat yang tak saya mengerti ini
أحبّكنّ في الله
Mengapa padi yang berisi menunduk ke bawah? Karena seharusnya mempelajari ilmu apapun menjadi sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Khalik. Karena seharusnya kesibukan dalam menuntut ilmu tidak menjadi alasan untuk alpa dalam tilawah. Seharusnya saya lebih peka dengan "weker" yang selalu menemani malam-malam saya sebelum beranjak ke tempat tidur. Lihat lebih dekat dan rasakan... weker itu tak harus seseorang juga sesuatu. Sesuatu yang Allah hadirkan sebagai alasan mendekatkan diri pada-Nya.
أرجوك قربا منك يا الله
Terima kasih untuk menghadiahkan Is weker-weker ajaib disini :)
شكرت الله بلقائكنّ
euis, jadi jam wekerku yaaah :')))
BalasHapus