“Lelaki itu menempuh perjalanan
berbulan-bulan melewati tandusnya padang pasir nan mengganas demi tayabun
keshohihan sebuah hadis.” Berulang kali aku mendengar kisah ini,
merenungkannya, namun tetap belum dapat kuhayati khittah perjuangannya. Maka
tak salah janji surga bagi penuntut ilmu di jalan Allah. Kisah ini terjadi
ratusan tahun silam. Ulama-ulama perawi hadits, perumus hukum-hukum fiqih, para
da’i yang mensyiarkan kalimat-kalimat tauhid.
Kucoba resapi perjuangan para
gudang ilmu terdahulu. Yang kutemukan adalah bayangan bias diriku antara ketidakyakinan
dan ketidakteguhan. Seperti benang merah yang kutemukan dalam Ahmad Fuadi dalam
Negeri 5 Menaranya, Moh Amin dalam anak-anak Langitnya, Juga Andrea Hirata
dalam Laskar Pelanginya. Orang-orang biasa tidak lahir dengan pola yang
biasa-biasa saja. Untuk menjadi diatas rata-rata perlu usaha di atas rata-rata
pula. Lagi-lagi aku tersentak tiap kali mengingat prinsip itu. Jangankan di
atas rata-rata, melebihkan setengah jam waktu tidur saja Aku enggan.
Kemarin lusa usai menghadap DP
(Dosen Pembimbing) setelah hampir 5 bulan tidak menghadap, Aku menampakkan diri
lagi di Kantor Jurusan. Demi menyatukan 2 kepala Dosen yang kerapkali bertolak
belakang, kalang-kabut dan cukup rusuh saat Aku menunjukkan materi Bab satuku. Entah
apa yang terjadi (Aku hingga tak sadar sudah membuat rusuh suasana), hingga
seorang dosen bertanya padaku “Emang kenapa sih Is? Ribet banget kayaknya. Emang
kemaren kemana aja?”
Bismillah, kutekadkan dalam diri
untuk berusaha lebih keras. Esoknya Aku pergi ke perpustakaan UIN SYAHID JKT, belum
aku sempat Aku melewati pintu masuk terpampang tulisan “Tutup. Mati lampu”. Kuayunkan
kaki menuju perpustakaan FDI (Fakultas Dirasat Islamiyah), mati lampu juga
beruntung perpustakaan masih buka. Setelah mendapatkan dua buku bidang tafasir
kusempatkan membaca Ibnu Katsir surat Al Qalam “Pena”. Dua halaman membaca
mataku mulai terkantuk-kantuk. Namun tiba-tiba “Rest Time” suara Ustadz penjaga
perpustakaan mengembalikan kesadaranku. Setelah pulang dengan hasil nihil, sempat
tersasar pula. Meghadap Bapak-Ibu DP pun cukup sulit.
Ketika Aku mengeluhkan banyak hal
tentang kesulitan menggarap skripsi ini, seharusnya Aku banyak belajar dari
kesungguhan alim-alim pecinta ilmu. Barokahnya mereka boleh jadi dari
keikhlasan mengejar dan belajar meski ditempa ujian berlipat ganda. Ada kekhawatiran
yang yang hinggap, jikalau Aku tak meniatkannya atas-Mu. Maka Rabbi, Ya ‘Aliim
jadikanlah hamba golongan orang-orang yang bermujahadah dalam menuntut ilmu di
jalan-Mu. Agar kelak apa yang kupelajari tak sekedar syarat menuju gelar yang
digilai pemuja dunia, namun juga bernilai ibadah sehingga berkah dan bermanfaat.
Jadilah pohon yang berbuah,
memberikan kemanfaatan. Maka jadikanlah apa yang tengah kupelajari sebagai
bagian dari pengamalan ilmu kelak.
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
Tidak ada komentar:
Posting Komentar