Monday night, July 15, 2013
Hari kedelapan di Pare
Agenda biasa
setelah sholat tarawih adalah speech atau debate. Dan malam ini
adalah waktunya speech. Tema yang dipilih adalah “the strength of
playing game”. Banyaknya akses untuk bermain dengan gadget tidak menjadi
alasan untuk membenarkan bentuk-bentuk permainan yang diperbolehkan bagi
anak-anak. Ada banyak pilihan permainan yang dapat kita pilih bagi anak-anak
selain bermain dengan komputer. Jaman dahulu mungkin dapat dengn mudah kita
mainkan bermacam permainan dengan fasilitas yang disediakan alam. Sebagai
contoh, saat kecil dulu aku hanya tinggal menggaris tanah dengan ranting dan
sebuah batu, jadilah permainan yang mengasyikkan. Hanya tinggal mengambil
dedaunan yang ada di sekitar halaman jadilah seorang koki profesional. Atau
hanya berdiri di seberang lapangan meneriaki teman di ujung lapangan yang lain,
menebak posisi batu yang tersembunyi dibalik teman-teman yang mengepalkan jari,
itu semua sungguh permainan yang menyenangkan. Oh ya bahkan aku masih bermain miskin-kaya
dengan anak-anak di TK KSPA atau bermain petak umpet dengan anak-anak comdev
FBS. Sekelumit rekam yang ingin kuputar. Jika menurut para gamer main
game membuat otak bertambah pintar, jadi ingat pernyataan Bu Wismi: saat kita sedang
menatap layat komputer maka saraf otak yang menghubungkan dengan saraf belakang
terputus, jika banyak saraf yang terputus maka poplasi myelin akan berkurang,
maka tunggulah saatnya kekurangan otak (tidak persis seperti ini, tapi
sepengertianku ya beginilah). Sedang dalam permainan tradisional kebanyakan
dimainkan dengan fisik sehingga badan akan berkeringat dan bergerak, tentunya
hal ini bangus untuk kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Jika beralasan main
tradional melelahkan, tapi jika hasilnya justru menyehatkan menunjukkan proses
bermain yang menyehatkan. Bandingkan dengan seseorang yang duduk anteng di
depan computer, lupa makan, lupa mandi, lupa tugas-tugasnya. Ditambah lagi
kebanyakan permainan tradional dimainkan secara bersama-sama, sehingga anak-anak
akan belajar bekerja sama dan bersosialisasi dengan lingkungan sekiar. Jadi
mana yang lebih baik permainan tradisional atau permainan modern dengan
computer?
Tema kedua
tentang “in relationship”. Rada ambigu sih judulnya. Kalau alasan
pacaran sebagai motivasi, hehehe… alay banget rasanya. Motivasi terbesar selalu
berasal dari diri kita sendiri. Cinta kita kepada Allah, kepada orang tua
seharusnya dapat membentengi kita dari hubungan-hubungan yang bukan seharusnya.
Well, Alhamdulillah sampai pada satu titik dalam tulisan Salim A. Fillah
: orang yang pacaran setelah pernikahan dianalogikan sebagai seorang yang
berpuasa menahan hawa nafsunya untuk berbuka di saat adzan maghrib. According
to me we are in relation after akad, and before akad everything is nothing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar