Di masa mudanya Umar adalah seorang penggembala unta. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di padang pasir yang tandus, rupanya kehidupan di alam luar memberinya pemahaman hidup yang berbeda dari kebanyakan orang di zaman jahiliyah, dia kerap menggunakan logikanya dalam menilai suatu perkara. Waktu bergulir, hingga tersiarlah kabar Muhammad, Nabi terakhir yang kedatangannya sudah termaktub dalam kitab-kitab suci para nabi terdahulu, yang kehadirannya sudah pasti diyakini namun ditolak oleh kesombongan sebagian manusia. Adalah Umar diantara golongan orang-orang yang tidak mengimani Islam-ajaran yang dibawa Muhammad. Bukan karena kesombongannya, namun karena ketidakinginan adanya perpecahan di kalangan bangsa Arab. Kelakuannya bukanlah kelakuan orang-orang jahiliyah, namun hatinya belum tersinari iman. Pedangnya sudah siap terhunus, namun hidayah menyapanya "Thaa haa", logikanya menerima agama yang paling rasional ini. Masih dengan pedang di tangannya dia melafadzkan syahadat. Menjadi muslim, berada di garis terdepan dalam mendakwahkan Islam. Siapapun tak ada yang tak mengenalnya. Hingga keislamannya membawa angin segar bagi orang-orang kecil yang takut memeluk Islam
Dialah orang yang mendeklarasikan hijrahnya di hadapan khalayak, mengajak serta masyarakat yang ingin ikut hijran bersamanya.
Umar, dengan sikapnya yang keras menolak kebathilan tanpa tawar-menawar. Tanpa segan mencopot jabatan bawahannya jika menyalahi aturan yang sudah ditetapkan.
Dia yang mengenakan kain kasar, yang tak tidur kecuali jika rakyatnya sudah tidur, yang hanya mengisi perutnya dengan gandum dan zaitun, yang membawa karung gandum dengan punggunya sendiri. Umar selalu khawatir akan fitnah dunia, padahal ia hidup dalam kezuhudan. Dalam kesehajaannya, Madinah yang gersang. Disitulah Damaskus dan Persia dalam genggamannya. Hingga para raja mengaku kalah padanya, pada seorang penguasa yang tidur di bawah naungan sebatang pohon kurma.
Al Farouq - Umar ibn Khattab
Dialah orang yang mendeklarasikan hijrahnya di hadapan khalayak, mengajak serta masyarakat yang ingin ikut hijran bersamanya.
Umar, dengan sikapnya yang keras menolak kebathilan tanpa tawar-menawar. Tanpa segan mencopot jabatan bawahannya jika menyalahi aturan yang sudah ditetapkan.
Dia yang mengenakan kain kasar, yang tak tidur kecuali jika rakyatnya sudah tidur, yang hanya mengisi perutnya dengan gandum dan zaitun, yang membawa karung gandum dengan punggunya sendiri. Umar selalu khawatir akan fitnah dunia, padahal ia hidup dalam kezuhudan. Dalam kesehajaannya, Madinah yang gersang. Disitulah Damaskus dan Persia dalam genggamannya. Hingga para raja mengaku kalah padanya, pada seorang penguasa yang tidur di bawah naungan sebatang pohon kurma.
Al Farouq - Umar ibn Khattab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar