Petang kemarin, dalam perjalanan
pulang menaiki metro mini 53 jurusan
kampung rambutan kampong melayu. Seorang lelaki bersenjatakan gitar bersiap
menunjukkan aksinya di dalam metro mini sesak penumpang. Tak lama berselang
beberapa anak sekolah juga ikut memenuhi space bus yang tak terlalu luas.
Sekitar 3 lagu dia dendangkan sembari memetik
gitarnya. Lagu keduanya yang berjudul “give thanks to Allah” dia tutup dengan
kalimat “give thanks to Allah, yang artinya jangan tawuran ya dek, nanti
diomelin, rugi sendiri”. Tak pelak kalimatnya ini mengundang tawa, apalagi anak
sekolah yang merasa menjadi objek sorotan. Kulihat seorang anak lelaki
bercelana biru menahan tawa lantas berbisik pada teman sebelahnya mendengar
kesimpulan si abang bergitar. ^_^
Kesimpulan ini tidak salah bukan?
Tidak merusak diri sendiri, tidak merusak lingkungan, tidak menyakiti orang
lain (tawuran) juga sebuah bentuk syukur kita atas nikmat yang telah Allah
karuniakan.
Siapa sangka jika nasehat
sederhana si abang pengamen ini lebih membekas daripada nasehat guru atau
orangtua mereka “Kalau ada yang tawuran nanti saya laporkan kepala sekolah”
atau “kalau berani tawuran nanti mama gak kasih uang jajan”.
Selain nasehatnya yang
menggelitik ini, si abang yang tengah konser dalam bus kota juga memiliki sikap
yang patut diteladani. Tak peduli dengan wajah-wajah kusut masai di sore hari,
penuh dengan seabrek masalah, dia masih dengan coolnya melantunkan lagu yang
diselingi dengan candaan, mempersilahkan para penumpang naik-turun-duduk dengan
senyum dua senti-nya di tengah-tengah lagu, dan tak memaksa apalagi mengancam
penumpang untuk memberinya uang.
Sore ini bertemu orang luar
biasa. Mungkin dia tidak seberuntung mereka yang bisa mengenyam bangku kuliah. Tetapi
semangatnya untuk memberikan kebermanfaatan tak terbatas oleh alasan akademik.
Kupikir kita harus malu dan berpikir. Masih hangat diberitakan korban meninggal
atapun luka-luka akibat tawuran antar mahasiswa. Lihatlah si terdidik ini, apa
yang dia contohkan pada adik-adiknya? Bukan tidak mungkin dibalik tawuran
anak-anak berseragam biru-abuabu itu ada peran kita juga yang telah
mencontohkannya.
Gelar sepanjang apapun tak
menjadi jaminan akan kehebatannya terhadap pemahaman kehidupan. Untuk itu
belajarlah dari manapun, dari siapapun.
انظر ما قال ولا تنظر من قال
Lihatlah pada apa yang
dikatakannya bukan pada siapa yang mengatakannya
Karena ibadah itu luas
Karena dakwah tak terbatas
dimensi ruang dan waktu
Dan Dia telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
yang ini kereen banget Euis, ngena banget. Alhamdulillah...
BalasHapushehe
BalasHapusabangnya emang hebat
gimana masukan buat tulisannya?
give thanks to Allah.
BalasHapustulisannya menginspirasi :)))