Sabtu, 22 September 2012

Menunggu hujan


Menunggu hujan. Menanti-nanti suara hujan. Berharap ia rela  singgah menemani keheningan malam ini. Berharap hujan mau mendengar kesedihanku, memohon ia mau menghapus kekecewaanku. Kutunggu ia hadir menyapa genting yang berlumut, singgah di jalan tandus beraspal. Atau menegtuk-ngetuk jendela kamarku. Ah, kulupa… hujan tak kan mampu menggapai jendela kamarku.
 Aku tetap menunggunya. Bernafas lega ketika akhirnya ia benar-benar mendengar panggilanku. Hei hujan relakah engkau berbagi waktu denganku. Turunlah untuk menggantikan air mata yang tak kunjung jatuh. Meleburlah dalam celah tanah untuk mengikis habis kekecewaanku. Kau tahu, ternyata mereka mampu, mereka yang selama ini ku kagumi, ku pandang hebat dari segala arah. Ternyata bisa menggores luka di hatiku. Orang-orang yang kuanggap paling hebat, ternyata mampu membuatku kalut malam ini. Aku dikecewakan. Itu sederhananya.  Dan aku harus bersedih untuk kekecewaan ini pikirku. 
Aku memang selalu menjadi bayangan, tak pernah benar-benar ada, untuk tidak menyebutku benar-benar tak berguna. Ku kira bayanganku mulai terlihat. Ternyata aku salah, seseorang dengan bayangan tetap saja hanya terhitung satu orang bukan? Ingin ku marah, berteriak di hadapan mereka misalnya, tapi aku tak bisa. Entahlah, mungkin karena aku takut, merasa tak punya hak, atau aku kadung terlalu me-maha-kan mereka. Aku ingin bersikap biasa, seolah tak ada apapun.
 Tapi hati kecil ini terus merongrong, ia tak mau terima atas perlakuan ini. Terimakasih untuk singgahmu malam ini hujan. Ku harap kau membawa pergi kisahku dengan kemarahan serta kekecewaan yang mengisinya. Aku tahu, esok pagi akan menyapa. Kuharap kau tak meninggalkan sedikitpun kisahku malam ini. Biarkan aku menghirup udara baru  esok pagi, yang penuh cinta dan segudang pengertian. Berkunjunglah dengan kisah malam ini saat hatiku mulai hangat dengan kebaikan mereka, agar aku bisa tertawa dengan kekonyolanku malamini. Walau bagaimanapun,   mereka tetap teropongku, teropong yang Sang Pencipta berikan agar aku bisa melihat senyum dunia. Kumohon jangan hinggapi tidurku dengan kekecewaan ini. 

*hari ini merasa konyol dengan tulisan ini :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar