Pagi ini saya menonton salah satu acara televisi yang menggarap cerita tentang kerja para broadcaster dibelakang panggung. Kebetulan tema yang diangkat di episode ini tentang kerja keras dan profesionalitas guna menyajikan tayangan yang bermutu. Andika, Putri, dan Iren adalah beberapa aktor yang sedang mengerjakan tugas lembur hingga menguras tenaga mereka. Bahkan sampai begadang dan tidak sempat pulang ke rumah. Poin yang saya tangkap dari acara ini adalah tentang "kualitas diri" yang tertuang dalam etos kerja yang tinggi hingga melahirkan karya yang berkualitas.
Bukan hendak merujuk kepada cara kerja mereka yang mati-matian demi sebuah hasil. Toh, setiap proses, setiap jalan yang kita daki di jalan Allah adalah juga bernilai ibadah. Namun, saya iri dengan etos kerja mereka yang tinggi. Tokoh-tokoh diatas juga saya temui di depan mata saya. Orang-orang yang berjuang segenap jiwa untuk mengokohkan dakwah ini. Amalnya tentu berlipat kali lebih banyak, untung dunia-akhirat. Disini saya lebih iri lagi. ada banyak orang dengan keahlian luar biasa dapat berkontribusi aktif untuk kemajuan organisasi/lembaga atau apapun yang mereka perjuangkan.
Saya jauh sekali dari hal itu. Tiap kali bergabung dalam suatu organisasi/lembaga saya selalu ingin melakukan apa yang saya bisa demi kemajuannya. Tetapi jangankan memajukan memberikan sedikit manfaat juga tidak. Entah kenapa.......
Saya kagum dengan orang-orang itu. Saya dekati mereka, tetapi nyatanya saya tetap tidak tertulari kemampuan mereka. Pada akhirnya saya akan malu sendiri. Mundur teratur, mengakui bahwa saya tidak diperlukan di tempat ini. Ini pemikiran yang salah, keputusan yang keliru, dan langkah yang akan saya sesali di kemudian hari. Tapi saya tetap tidak mampu mengatasinya. Allah....hamba-Mu yang lemah ini mohon kekuatan-Mu.
Rasanya saya hanya menjadi sampah diantara orang-orang yang beramal, bekerja nyata. Jangankan untuk mengemukakan pendapat di depan umum, mengetik pesan di jejaring sosial dalam grup saja saya gemetaran. Seolah-olah setiap mata yang membaca pesan itu akan langsung membaca diri saya, menemukan kebodohan saya. Karena lelet dan terlalu sering menimbang-nimbang yang tidak perlu kadang tugas-tugas saya justru sudah dikerjakan orang lain. Saya ingin bekerja keras tapi lebih sering terbentur banyak hal, ketidakmampuan, rendah diri, rasa malu.
Seringkali khalayak ramai mengelompokkan sebagian orang sebagai "sampah masyarakat", "parasit" atau apapun istilahnya. Saya sungguh tidak ingin dilabeli seperti itu. Tak apa meski hanya seperti nyala lilin kecil yang terangnya sedikit saja, sebentar saja.
Saya mohon maaf untuk segala amanah yang tak tertunaikan dan janji yang sering terabaikan.
Bukan hendak merujuk kepada cara kerja mereka yang mati-matian demi sebuah hasil. Toh, setiap proses, setiap jalan yang kita daki di jalan Allah adalah juga bernilai ibadah. Namun, saya iri dengan etos kerja mereka yang tinggi. Tokoh-tokoh diatas juga saya temui di depan mata saya. Orang-orang yang berjuang segenap jiwa untuk mengokohkan dakwah ini. Amalnya tentu berlipat kali lebih banyak, untung dunia-akhirat. Disini saya lebih iri lagi. ada banyak orang dengan keahlian luar biasa dapat berkontribusi aktif untuk kemajuan organisasi/lembaga atau apapun yang mereka perjuangkan.
Saya jauh sekali dari hal itu. Tiap kali bergabung dalam suatu organisasi/lembaga saya selalu ingin melakukan apa yang saya bisa demi kemajuannya. Tetapi jangankan memajukan memberikan sedikit manfaat juga tidak. Entah kenapa.......
Saya kagum dengan orang-orang itu. Saya dekati mereka, tetapi nyatanya saya tetap tidak tertulari kemampuan mereka. Pada akhirnya saya akan malu sendiri. Mundur teratur, mengakui bahwa saya tidak diperlukan di tempat ini. Ini pemikiran yang salah, keputusan yang keliru, dan langkah yang akan saya sesali di kemudian hari. Tapi saya tetap tidak mampu mengatasinya. Allah....hamba-Mu yang lemah ini mohon kekuatan-Mu.
Rasanya saya hanya menjadi sampah diantara orang-orang yang beramal, bekerja nyata. Jangankan untuk mengemukakan pendapat di depan umum, mengetik pesan di jejaring sosial dalam grup saja saya gemetaran. Seolah-olah setiap mata yang membaca pesan itu akan langsung membaca diri saya, menemukan kebodohan saya. Karena lelet dan terlalu sering menimbang-nimbang yang tidak perlu kadang tugas-tugas saya justru sudah dikerjakan orang lain. Saya ingin bekerja keras tapi lebih sering terbentur banyak hal, ketidakmampuan, rendah diri, rasa malu.
Seringkali khalayak ramai mengelompokkan sebagian orang sebagai "sampah masyarakat", "parasit" atau apapun istilahnya. Saya sungguh tidak ingin dilabeli seperti itu. Tak apa meski hanya seperti nyala lilin kecil yang terangnya sedikit saja, sebentar saja.
Sumber Gambar : Google |
Saya mohon maaf untuk segala amanah yang tak tertunaikan dan janji yang sering terabaikan.
خير الناس أنفعهم للناس