Pernah kan satu waktu bertemu seseorang untuk pertama kalinya namun rasanya kita sudah sama-sama kenal lama. Berasa ada kamiyyah mubasyaraoh yang mengikat. Biasanya kita cenderung mencari-cari kesamaan dulu baru kemudian merasa ada yang mengikat antara kita. Contohnya, sesama orang melayu, sesama orang Indonesia, sesama suku sunda, sesama orang Bogor, sesama lulusan UNJ, sesama suka nulis, dan sesama-sesama lainnya. Tapi ada kalanya, bukan karena kita menemukan kesamaan dulu lalu terikat. Namun dibalik, kita merasa terikat satu sama lain untuk kemudian menemukan kesamaan-kesamaan atau mencari-cari kesamaan. Menurutmu mengapa?
Untuk saya yang cenderung kaku dan lemah dalam memulai pembicaraan. Saat bertemu dengan orang-orang seperti ini adalah momentum istimewa yang jarang saya alami. Jadi rasanya.... waaaah... banget. Seneng... banget. Anehnya, terkadang untuk merasa terikat kita tidak perlu banyak kata. Terkadang kedekatan itu diterjemahkan melalui senyum, sapa, tatapan mata, atau hal-hal sepele lainnya. Dalam kondisi seperti ini saya selalu teringat DDU-nya Salim A. Fillah, bisa jadi ruh-ruh kita sudah bertemu jauh sebelum jasad kita bertemu. Ma sya Allah manisnya ukhuwah ini. Ada di dekat jiwa-jiwa yang mencintai Allah selalu memberikan ketenangan tersendiri.
Kali ini saya bertemu dengan gadis bermata coklat, berhidung mancung, berkulit putih, kurus (menurut saya terlalu kurus). Wajahnya campuran dari air muka Eropa dan Persia. Dialah ahlul balad dari negerinya Muhammad al Fatih dan Sulaiman al Qonuny. Negeri yang letak geografisnya diantara dua benua. Negeri yang pemimpinnya benar-benar tegas.
Selepas isya saat saya sendiri menelusuri trotoar menuju kamar, gadis itu menjejeri langkah saya.
"Sholihah" sapanya akrab.
Namanya zainab, zainab al kubro saya tambahkan. Sebab dia anak pertama. Saat itu pertama kalinya terlintas di fikiran saya "Ma sya Allah, berasa bercermin sama anak ini. Mirip saya banget".
Bukan saya saja yang merasa demikian. Di lain waktu saya berkata, "Zainab saya punya teman mirip kamu".
"Wah... berarti mirip kamu dong".
Terharu. Tidak perlu kata untuk sebuah kesepakatan. Saya dan zainab merasa mirip satu sama lain. Sayangnya, pendapat saya tentangnya berubah lima menit kemudian. Saya tidak seperti dia. Zainab meski tak banyak bicara akan menjadi tegas saat diperlukan. Meski terlihat lemah dari luar ternyata mampu bertahan dan kuat dari dalam. Dalam kebingungan selalu cepat mengambil keputusan. Zainab... Kamu kuat, lebih kuat dari saya.
Banyak hal yang saya kagumi dari dia, salah satunya karena zainab tidak memasang foto-foto narsis di sesmed apapun. Termasuk foto dengan kamera yang tidak diketahui asal-usulnya dia tidak mau, meskipun itu foto bersama. Suatu hari kami pergi ke muktamar yang dihadiri Yusuf al Qaradhawy, ternyata di dalam hall kamera bertebaran dimana-mana. Walhasil sepanjang acara dia hanya menunduk dalam-dalam, khawatir terjepret kamera. Hahahaha.... zainab ... zainab... menjaga banget, saya juga mau seperti itu, tapi masih suka pajang-pajang foto di sosmed, kadang maksudnya pun gak baik =_=
"Ckckckc... Sholihah" komentarnya saat saya bilang saya pasang foto di faccebook (seakan-akan saya tertangkap basah melalukan kecerobohan).
Waktu saya cerita tentang 99 cahaya di langit eropa dia langsung search di youtube (macam ngerti aja bahasa Indo -_-). Lantas saya berkicau sendiri, jika hanum bertemu Fatma di Vienna maka saya bertemu Zainab di Doha. :))
Saya paling suka membahas Turki dengannya, entah kemenangan Pakde Erdogan di pemilu lokal, Aya Sophia (dia bahkan tidak mendengar kabar jika aya sophia dibuka masjid lagi), kasus kebakaran di pertambangan (menurutnya ini makar oknum tertentu mendekati pemilu).
Alhamdulillah Allah Maha Baik, mempertemukan saya dengan gadis selugu itu disini. Jika pepatah arab mengatakan
ما أطيب اللقاء من غير الميعاد
maka pertemuan tiba-tiba ini sudah Allah atur sebelumnya. Dulu teringat pernah mengikuti matkul tambahan bahasa Turki. Sayangnya saya tidak ingat lagi, hehe...
Mungkin ini hanya pertemuan singkat, namun bersaudara dengannya akan menorehkan sejarah tersendiri di hidup saya. Semoga Allah izinkan kita bertemu lagi.
جزاك الله خيرا
ربنا يخليك
أحبك في الله يا توأمي
Memnum Oldum Zainab ^_*
Untuk saya yang cenderung kaku dan lemah dalam memulai pembicaraan. Saat bertemu dengan orang-orang seperti ini adalah momentum istimewa yang jarang saya alami. Jadi rasanya.... waaaah... banget. Seneng... banget. Anehnya, terkadang untuk merasa terikat kita tidak perlu banyak kata. Terkadang kedekatan itu diterjemahkan melalui senyum, sapa, tatapan mata, atau hal-hal sepele lainnya. Dalam kondisi seperti ini saya selalu teringat DDU-nya Salim A. Fillah, bisa jadi ruh-ruh kita sudah bertemu jauh sebelum jasad kita bertemu. Ma sya Allah manisnya ukhuwah ini. Ada di dekat jiwa-jiwa yang mencintai Allah selalu memberikan ketenangan tersendiri.
Kali ini saya bertemu dengan gadis bermata coklat, berhidung mancung, berkulit putih, kurus (menurut saya terlalu kurus). Wajahnya campuran dari air muka Eropa dan Persia. Dialah ahlul balad dari negerinya Muhammad al Fatih dan Sulaiman al Qonuny. Negeri yang letak geografisnya diantara dua benua. Negeri yang pemimpinnya benar-benar tegas.
Selepas isya saat saya sendiri menelusuri trotoar menuju kamar, gadis itu menjejeri langkah saya.
"Sholihah" sapanya akrab.
Namanya zainab, zainab al kubro saya tambahkan. Sebab dia anak pertama. Saat itu pertama kalinya terlintas di fikiran saya "Ma sya Allah, berasa bercermin sama anak ini. Mirip saya banget".
Bukan saya saja yang merasa demikian. Di lain waktu saya berkata, "Zainab saya punya teman mirip kamu".
"Wah... berarti mirip kamu dong".
Terharu. Tidak perlu kata untuk sebuah kesepakatan. Saya dan zainab merasa mirip satu sama lain. Sayangnya, pendapat saya tentangnya berubah lima menit kemudian. Saya tidak seperti dia. Zainab meski tak banyak bicara akan menjadi tegas saat diperlukan. Meski terlihat lemah dari luar ternyata mampu bertahan dan kuat dari dalam. Dalam kebingungan selalu cepat mengambil keputusan. Zainab... Kamu kuat, lebih kuat dari saya.
Banyak hal yang saya kagumi dari dia, salah satunya karena zainab tidak memasang foto-foto narsis di sesmed apapun. Termasuk foto dengan kamera yang tidak diketahui asal-usulnya dia tidak mau, meskipun itu foto bersama. Suatu hari kami pergi ke muktamar yang dihadiri Yusuf al Qaradhawy, ternyata di dalam hall kamera bertebaran dimana-mana. Walhasil sepanjang acara dia hanya menunduk dalam-dalam, khawatir terjepret kamera. Hahahaha.... zainab ... zainab... menjaga banget, saya juga mau seperti itu, tapi masih suka pajang-pajang foto di sosmed, kadang maksudnya pun gak baik =_=
"Ckckckc... Sholihah" komentarnya saat saya bilang saya pasang foto di faccebook (seakan-akan saya tertangkap basah melalukan kecerobohan).
Waktu saya cerita tentang 99 cahaya di langit eropa dia langsung search di youtube (macam ngerti aja bahasa Indo -_-). Lantas saya berkicau sendiri, jika hanum bertemu Fatma di Vienna maka saya bertemu Zainab di Doha. :))
Saya paling suka membahas Turki dengannya, entah kemenangan Pakde Erdogan di pemilu lokal, Aya Sophia (dia bahkan tidak mendengar kabar jika aya sophia dibuka masjid lagi), kasus kebakaran di pertambangan (menurutnya ini makar oknum tertentu mendekati pemilu).
Alhamdulillah Allah Maha Baik, mempertemukan saya dengan gadis selugu itu disini. Jika pepatah arab mengatakan
ما أطيب اللقاء من غير الميعاد
maka pertemuan tiba-tiba ini sudah Allah atur sebelumnya. Dulu teringat pernah mengikuti matkul tambahan bahasa Turki. Sayangnya saya tidak ingat lagi, hehe...
Mungkin ini hanya pertemuan singkat, namun bersaudara dengannya akan menorehkan sejarah tersendiri di hidup saya. Semoga Allah izinkan kita bertemu lagi.
Dalam perjalanan mencari Baqi' bersama zainab |
جزاك الله خيرا
ربنا يخليك
أحبك في الله يا توأمي
Memnum Oldum Zainab ^_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar