Alhamdulillah
Saya harus benar-benar bersyukur, karena Qatar adalah negara luar Indonesia yang saya kunjungi pertama kali. Saya bahagia karena saya tidak di Dubai atau Perancis, misalnya. Tapi karena ini Qatar.
Kenapa Qatar?
Entahlah. Negara yang luasnya sama dengan luas provinsi Banten ini memukau, mempesona luar dalamnya. Secara sekilas memang saya memandang heran. Di tengah konflik yang meraja rela di negara-negara Arab, kemiskinan, kelaparan, kudeta politik, intervensi Amerika, Qatar terolong negara yang aman dan sejahtera di bawah sistem pemerintahan malakiyyah. Tak heran, karena Qatar termasuk satu diantara 6 negara teluk dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
Kami di kelas bahkan bersatu suara, bahwa tidak ada orang miskin di kalangan pribumi Qatar. Tentu saja biaya hidup disini tidaklah murah, berbanding lurus dengan tingginya pendapatan ekonomi yang ditopang gas dan minyak. Bahkan biaya pesta pernikahan bagi pribumi Qatar ditanggung oleh kerajaan.
Sayang, meski lokasinya yang berada di kawasan Timur Tengah Bahasa Arab yang menjadi bahasa resmi tak berlaku umum. Banyaknya di lapangan kita menemukan orang-orang menggunakan bahasa Inggris. Ada banyak sebab yang melatarbelakanginya, menurut saya, salah satunya karena banyaknya jumlah pendatang dari Amerika, Eropa, dan Asia. Jadi, kebanyakan penduduk disini justru dari kaum pendatang.
Saya tetap bangga sekarang berada disini. Pasalnya omong boleh omong pihak kerajaan khususnya Raja yang menjabat saat ini amat baik. Qatar tak berfikir dua kali untuk memberikan bantuan bagi Palestina dan Suriah.
Disini pula al Jazeera lahir. Badan pers independen meski pembangunannya didanai kerajaan. Yang sekarang mulai mendunia.
Selain itu, ada Yusuf al Qardhawi, ketua ikatan cendekiawan muslim dunia. Khutbahnya yang blak-blakan bahkan membuat marah Emirat. Ah... jalan da'i memang pasti sulit.
Satu lagi tokoh fenomenal disini, Syekha Moza. Saya sendiri belum banyak tahu tentang dia. Namun, jika kita sering melihat kaos bola berlabel "Qatar Foundation" maka dialah dibalik itu. Perempuan cerdas dan kuat, tentu saja cantik. Qatar yang hampir didominasi Qatar Foundation berada dibalik konseptor wanita pelopor itu. Suatu kali, ibu dosen saya yang asli Qatari pernah berkata tentangnya "Dia benar-benar wanita yang kuat, saya yang melihatnya berbicara di depan khalayak bisa benar-benar tertegun dengannya. Saya sendiri pasti tidak bisa seperti itu"?. Padahal dalam kaca mata saya ibu saya sudah terbilang wanita yang kuat kepribadiannya. Wanita macam apa sebenarnya Syekha Moza itu? Semoga suatu saat saya bisa melihatnya secara nyata.
Disinilah saya sekarang... Daulah Qatar
الحمد لله بنعمته تتم الصالحات
Doha, 5 Februari 2014
Gambar Google |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar